Monday 1 September 2008

Menuju Jepara.... ^^

Waktu menunjukkan pukul 13:45 tidak ada keterlambatan dari waktu tiba yang diperkirakan. Kuturuni anak2 tangga sambil menatap jauh kedepanku. Kurasakan hangat udara menyentuh wajah dan kedua telapak tanganku… Ah babak baru sepotong kehidupanku di tanah jawa segera dimulai. Potongan kehidupannku yang tidak kunanti, namun tidak ku hindari dan sudah tentu tidak kuketahui corak dan warnanya. Satu yang pasti potongan ini akan melengkapi puzzle kehidupanku yang cuma sekali ini saja.

Seorang bapak dengan logat jawa yang kental bertanya “ Mba Nila?’. “Iya Pak” jawabku. Segera iya membawakan koper ku ke sebuah kendaraan yang diparkir tidak jauh dari tempat kami bertemu. Dengan santunnya beliau mempersilakan aku masuk ke dalam kendaraan. Kasihan sekali, bapak yang ditugaskan menjemputku itu ternyata telah lama menungguku. (Maaf kan aku Pak.. Padahal pesawat ga terlambat kok.. swear deh ^^v)

Huff.. akhirnya dingin AC mobil mengobati penderitaan panas yang cuma sebentar saja kurasakan tadi. Dududududu…Mungkin orang akan menganggapku sedikit sakit jiwa. Bagaimana tidak? jika sepanjang Semarang – Jepara dan di sela-sela perbincangan antara aku dengan bapak pengemudi, senyumku tak usai-usainya mengembang lebar. Rasanya terlalu cepat untuk jatuh cinta, aku hanya terpesona oleh kesederhanaan apa-apa yang ku lihat sepanjang kiri-kanan jalan. Bukan oleh bangunan-bangunan besar yang disebut orang sebagai buah peradaban dunia.- yang tentu tidak kujumpai disini. Perjalanan ini sama serunya dengan petualangan dalam imajinasiku, bahwa memang bahagia tidak bisa di beli oleh angka-angka bernama uang. Peralanan Semarang – Jepara yang memakan waktu sekitar 3 jam menjadi terasa hanya beberapa menit saja olehku. (Sepanjang perjalanan ini aku juga sibuk ber yman ria dengan topik perbincangan: perjalanan nila menuju jepara -_-‘)

Mulai memasuki Jepara… Sejauh mata memandang, jalanan kota ini bersih; bersih dari sampah -dalam arti sebenarnya- dan bersih juga dari sampah masyarakat. Melewati wilayah taunan kulihat kios - kios ukir berderet di sisi jalan. Walau hanya melihat sekilas, ukiran-ukiran dari kayu yang nampak tangguh itu mampu membuatku bergumam “ cantik…”

Dan…. Jreng jrenggg…. Di depanku – titik pusat sebuah perempatan besar- tampak patung wanita bersanggul berkebaya dan berkarisma (ah seksi sekali lah pokoknya) bersama anak kecil wanita berseragam sekolahan. Patung siapa lagi kalo bukan patung ibu kita kartini…. (ibu kita?) Patung itu memang menjadi icon yang paling ku ingat sepanjang perjalananku ini

Disebrangnya terdapat bangunan sekolahan. SMU Negri 1 jepara yang berhasil menarik perhatianku (entah kenapa). Sedikit seperti ingin menyelidik, pandanganku tak cepat-cepat kulepaskan dari SMU itu. Tak kusadari ada harapan timbuldalam diri ini: harapan besar pada sekolah itu untuk dapat mencetak putra-putri terbaik bangsa ini… ouchhh…

Tidak begitu jauh perempatan jalan tadi sampailah aku di depan gang selat. Rumah ber-cat warna-warni.diujung kiri gang adalah tujuanku, tempat dimana aku berteduh untuk 2 bulan mendatang. Keluar dari mobil udara panas masih saja mengganggu diri ini yang tak terbiasa dengan temperatur tinggi. Berjalan dari ujung gang ke rumah tujuan saja membuat keningku basah oleh keringat… Arghhh panaaasss….

Sejenak kulupakan panas penggangu tadi..Harus kulupakan…

Setelah berpamitan dengan bapak pengemudi, aku bergegas masuk ke dalam rumah. Belum sempat berkenalan seorang wanita muda membantuku membawakan koper ku… Uh kesan pertama yang begitu menggigit. Wanita muda itu mba Riri yang terlihat sangat ngayom sekali. Mulai lah ku keluarkan jurus sok kenal sok deket ku…Dan berkenalan lah aku dengan penghuni rumah lainnya: Ayu sang OJT 001 (aku OJT 002) yang membuat ku bahagia karna ada teman ber OJT ria..(Ora Jelas Tugase), dan ada mba Dewi yang manis dan menyambut hangat kedatangan ku karena membuatnya ada teman dari jurusan yang sama - teknik lingkungan- ( entah kebetulan atau hanya aku yang mendramatisir dan melebih-lebihkan, setelah kenal lama dengan mba Dewi ada beberapa karakter bawaan jurusan yang membuat kami cocok… dasar Anak TL di ITB ma di UNDIP sama aja @#$$%%^^… hehe men-generalisir) Saat itu satu orang penghuni absen, beliau adalah mba Tresna yang pada akhirnya menjadi mbaku yang paling akrab dengan ku. Bagaimana tidak menjadi akrab jika hampir setiap malam kami lewati bersama, bernyanyi bersama (dan konon katanya nyanyian kita berdua terdengar dari gang pantai, pantas saja gang pantai jarang dilalui orang kalau malam hari wuakakak), tanpa sengaja kami berdua telah membuat standar baru untuk istilah begadang (jam 10 saja sudah berhasil di sebut begadang) hahaha…

(Diwaktu itu aku adalah pendatang terakhir di rumah itu, selanjutnya ada pendatang baru yang istimewa: siapa lagi klo bukan bu Atin tanteku yang begitu berkesan)

Ku tempati kamar atas yang sudah sediakan untukku.. Mulai kurapikan barang-barang bawaanku, yang sebenernya ga ingin kubawa semuanya… Segera mandi untuk mendapatkan rasa sejuk paling tidak, tapi ternyata argh… airnya ga berasa… Opss sudah terlalu banyak diri ini mengeluh soal panas nya Jepara… dan masih ada keluhan lainnya ternyata

Dingdong… Hawa kamar ini membuatku tidak tenang, --ceudeum ceuk orang sunda mah-- sepertinya ada yang selalu memperhatikannku (deuh GR!!!) Eh seriusan ini mah,ngeriiiii kk… Hmm... Melihat ada kamar kosong di bawah aku meminta ijin untuk menempatinya, dan asiiikkkk di ijinkan ternyata. Walau kamar itu kecil sekali dan tanpa lemari, kamar bercat kuning itu seolah menyambutku bersahabat. Mungkin kalau kamarnya bisa bicara dia akan menyapaku “ hai nila… salam kenal” hahahaha.. lebih ngeri lagi atuh ya…

Huuu sudah tenang lah aku di tempat baruku, lalu mencoba barbaur dengan penghuni lainnya. Dan 7 minggu lebih 5 hari kedepan adalah hari-hari yang meninggalkan kesan begitu mendalam bagi ku….uhukuhuk…

8 comments:

Galih said...

Jepara ? Selamat datang di Jawa Tengah Nila. Pernah baca novel Pramoedya Ananta Toer kah ? Yah, kurang lebih, begitulah Jawa di mata dia ( dan sebagian besar saya setuju).

Ya, itu saja, blognya menarik. Saya kurang bisa mencurahkan isi hati, bagus.

nila said...

Ya pernah kak... Sebagian gambaran tantang jawa memang kudapat dari novel beliau, rasanya malu karna ga kenal budaya bangsa sendiri..
terimakasi

Anonymous said...

good posting, keep writing..

Huehe.. tapi tapi, jangan cuma bagi pengalaman donk nil.. bagi oleh2 juga.. hehehehe... :P

Lanjut2 ceritanya pasti byk yg seru disana.. :)

Anonymous said...

<_< ... mendingan di bandung...dingin, jadi ada alesan klo ga sering2 mandi...

ntar insyaallah wa cerita2 d "Menuju kyoto..." tokyo mahal biaya idupnya uy. haha

btw, ada cerita ga gimana kekritisan mahasiswa2 jateng sono, keknya anak2 di jabar/jakarta lebih keliat kritis.. kritis teh apa? -_-'

nila said...

@aat...
JI,, sserius nih mau tau kelanjutanya? BIsi ngebosenin ceritanya, tapi sip ntar kulanjutin deh.. tunggu aja!!

@si eta wee..
Yeee... teteup lo ya.. sok paling kritis!!
Hahahahha.. inget woi masih ada langit diatas langit kk.... (kabur)

Anonymous said...

hmmm keknya di atas himalaya ga ada gunung lagi kaleee...:p

Anonymous said...

Jepara???
Wah jadi pengen kesana abis liat foto-foto dan dengar cerita kamu...

Tampaknya kota yang menarik dan sederhana...
Pastinya lebih murah daripada tinggal di bandung ya... :D

Anonymous said...

Assalamualaikum WR WB

Hi Nila, visit my another blog, it's more "human" and the ordinary me, but still it's all 'bout rethinking life.

Regards,

GAL