Friday 23 November 2007

luarrr biasaaa....

Mau sedikit cerita soal hari ini yang arrgghhhhh... luarrrr biasa bikin kesel....
Bagaimana tidak?
Mau berbagi ilmu saja sulit, harus berhadapan dengan kenyataan; bertemu pihak-pihak yang ingkar janji.
Bagaimana tidak? (lagi)
Ga semua orang punya kepedulian untuk hal sepele --yang berujung pada hal besar sebenarnya mah--.
Bagaimana tidak? (lagi lagi)
Hanya ada segelintir oknum yang jalanin kewajibannya... Oknum nya pun yang itu-itu saja.
Bagaimana tidak? (lagi lagi dan lagi)
Hari ini ga sempet makan, ga sempet ngelarin laporan lablink yang dah minus 3

Semakin aku keselllll
Semakin terkuak kekurangan diri ini...
Seharusnya aku begini! Seharusnya aku begitu!
Bagaimana dengan dia?
Bukan kah seharusnya dia begini? Bukan kah juga seharusnya dia begitu?
Argghhhhh..................................................

Saturday 17 November 2007

Adakah takdir itu buruk?

Di suatu siang yang mendung kelabu, dan cedeum --ceuk orang sunda mah--, seorang temanku bertanya:

“ Kenapa kemiskinan harus dihapuskan? Kalau semua orang kaya, ntar sapa yang bikin rumah, bersihin sampah, bantuin angkat barang-barang berat, dll? Kenapa korupsi harus diberantas? Klo ga ada dimana kerjaan polisi,hakim, pengacara? Kenapa kebodohan mesti diberangus?Klo semua orang pinter, buat apa ada guru, sekolah? Siapa yang ngerjain tugas orang-orang bodoh?...”

Bagaimana menurutmu? Apakah pertanyaan diatas tadi pertanyaan bodoh? Pertanyaan cerdas? Pertanyaan biasa-biasa saja? Atau ragu-ragu.. Heheh..
Yang pasti pertanyaan tadi bukan pertanyaan bodoh, karna pertanyaan bodoh hanya pertanyaan yang tidak ditanyakan…Tul ga?

Lantas aku hanya menjawab dengan singkat:” ga masuk akal!! Sempit…”.
Ternyata si teman tadi ga terima jawabanku. “Kenapa sempit? Situ yang sempit, wa coba liat permasalahan dari sisi positif dan negatifnya”, begitu tukasnya.
Lalu kembali kujawab dengan singkat: “ Klo mau kya gitu mah, Tuhan beri peraturan emang buat dilanggar, beres!!”.
Si teman menyahut:” :p cerdas.. Ga masuk akal tapi wa sempet nemuin kek gitu di dunia nyata.. Keknya masalah terjadi bukan karna sesuatu itu positif/negatif, tapi karna standar benar/salah yang menentukan itu masalah/ga…”

Sial ternyata si teman tadi cuma menguji. Baiklah sampai disini perdebatan selesai, tapi tidak dengan pertanyaan. Mana pertanyaan nya? Nanti setelah kubeberkan pandanganku soal pertanyaan dari dialog di atas.

Kembali pada hakikat penciptaan. Menurutku segala sesuatu yag diciptakan pasti punya aturan, dosenku yang menciptakan incinerator PPS Sabuga tak lupa menciptakan SOP pemakaian nya, steve jobs dan steve wozniak mendirikan Apple dan menciptakan PC pertama di dunia yang sudah mengguakan GUI (Graphical user Interface) juga disertai dengan aturan penggunaannya, ibu kost ku juga menyertai aturan pada rumah kost-kostan yang diciptakannya, tujuannya jelas agar system ciptaannya berjalan dengan baik. Lalu bagaimana dengan bumi dan seluruh jagat raya yang diciptakan oleh Sang Pencipta? Apakah juga punya aturan?

Jika memang sang pencipta bumi dan jagat raya memberikan aturan, maka jelas, aturan itu tak lain adalah untuk menjaga keberlangsungan system di bumi ini. Keberlangsungan yang seperti apa? Kalau dosenku tadi menciptakan aturan pada incineratornya agar incinerator tidak rusak, maka begitu juga dengan pencipta bumi ini. Sang pencipta menciptakan aturan agar tidak terjadi kerusakan di bumi, baik itu kerusakan lingkungan ataupun kerusakan social masyarakat, maka keberlangsungan yang dimaksud adalah keberlangsungan yang baik untuk semua komponen di bumi ini, seimbang antara alam dan manusia.

Dan ketika aturan itu tidak dijalankan, maka akan timbul kerusakan. Kerusakan seperti apa? Beberapa kerusakan itu adalah seperti yang dipertanyaan si teman tadi, soal kemiskinan, korupsi, kebodohan, kriminalitas, pornografi, pembajakan hak cipta, dll. Hal sebaliknya terjadi jika aturan itu dijalankan, tidak ada kemiskinan, tidak ada kebodohan, tidak ada kriminalitas, dan tidak ada kerusakan-kerusakan lainnya. Karena aturan diciptakan tentu bukan untuk dilanggar. Namun yang saat ini nyata terjadi adalah kerusakan-kerusakan itu.

Jika merunut tulisan diatas maka logis jika dikatakan kerusakan yang nyata terjadi saat ini adalah akibat tidak di berlakukannya aturan itu. Tapi bagaimana dengan pernyataan yang santer terdengar di telinga kita: “ yah.. itu sih emang takdirnya dia hidup miskin/jadi koruptor/atau meninggal dipukuli massa lantaran nyuri ayam?”

Bagaimana inih? Bagaimana kaitannya dengan takdir? Pada kondisi yang seperti apa kemiskinan atau kebodohan atau kerusakan lainnya disebut takdir? Bukan dampak dari aturan yang tidak diberlakukan. Mungkin pertanyaan yang lebih tepatnya: apa bedanya kerusakan akibat aturan yang tidak dijalankan dengan kerusakan karena memang takdir? Adakah Tuhan mentakdirkan hambanya menjadi seorang yang bodoh, atau apakah koruptor di dunia ini memang ditakdirkan terlahir sebagai koruptor? Apakah kriminalis yang berkeliaran di bumi ini juga terlahir dengan takdirnya sebagai seorang kriminalis? Atau mungkin kerusakan sistemik adalah imbas dari tidak dijalankannya aturan sedangkan kerusakan individu adalah karena takdir? Adakah takdir itu buruk?
Ada yang mau memberi komentar? Jawaban? Atau malah nambahin pertanyaan? Monggo…

Wednesday 14 November 2007

Hufff...

Deg degan....
Nng... bingung mau nulis apa?