Sunday 28 October 2007

Mengapa?

Argghh…
Rasanya diri ini tak tenang ketika ku temukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mengusik pikirku (karna jawaban tadi memunculkan pertanyaan baru, (beuh.. terus aja berulang seperti itu)
Sesalpun bertengger di hati ini, lantaran dulu pernah terlintas tanya dan aku tak mau tau. Seperti tak punya hati.. Atas sentimentil kemanusiaan dan atas dasar entah apa lagi, pertanyaan2 itu melintas dalam ruang fikir ini, namun aku tak punya cukup nyali tuk bertualang menjelajah lintasan pertanyaan tadi…

Rasanya terlalu buang waktu untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bukankah akan lebih baik jika aku pikirkan bagaimana caranya agar cepat lulus? lalu segera bekerja (bukan menciptakan lapangan kerja) untuk mengembalikan investasi ekonomi yang orang tuaku tanam selama aku kuliah (biaya kuliah kan mahal, sumprit deh!!). Bekerja sebagai abdi Negara (PNS) pastinya tidak bias menggantikan investasi ekonomi tadi secara cepat karna gajinya kecil, jalan pintasnya adalah korupsi. Cara “aman” dan singkat mengembalikan investasi itu adalah dengan bekerja di korporasi swasta entah local atau asing yang pastinya memberi honor besar. Tak peduli lagi apakah korporasi tersebut memakmurkan atau malah merampok orang banyak. Ah.. benar-benar berorientasi pada uang…(--salah satu imbas dari pendidikan yang hanya sebagai mata rantai ekonomi kapitalistik--)

Keinginan mencari jawaban semakin pudar lantaran pihak pengendali system (dalam hal ini; rektorat insititusi tempat aku menimba ilmu) menuntut mahasiswa untuk segera lulus dengan cara membuat kebijakan melipatgandakan SPP kuliah jika masa studi kami lebih dari 8 semester, di tambah kagi kurikulum ITB yang memang berat (ga sempet mikirin realita sosial yeuh.. laporan & tugas banyak pisan)

Hal tersebut itu di bentuk oleh system( --baru system kecil skala ITB, dimana ITB adalah bagian kecil dari suatu system besar yang mencengkram dunia ini--) , yang mengarahkan kita mengikutinya guna mendukung rencana-rencana system, menuntut kita nyaman dengan keadaan yang dibuat seolah-olah benar, menjauhkan kita menemukan sesuatu yang salah dengan menutup mata, hati dan telinga kita dengan segala daya melalui kebijakan-kebijakannya salah satunya.

Tetapi keadaan hasil bentukan system tersebut malah semakin memicu pertanyaan- pertanyaan kecilku mengalir., dan menguatkan keinginan mencari jawabnya. Mengapa begini? Mengapa begitu? Kutanyakan juga pada diriku atas persepsi-persepsi yang dulu pernah mampir di kepala ini. Biasanya pertanyaan itu muncul dari hal yang dirasa tidak sepantasnya terjadi / dianggap sebuah masalah, misalnya pendidikan adalah hak semua warga namun mengapa pendidikan hanya terjangkau oleh kaum bermodal saja? Air adalah kebutuhan pokok & merupakan SDA yang menguasai hajat hidup orang banyak dimana penjaminan akses terhadap air bersih tertuang dalam aspek hukum, namun penduduk tanpa akses air bersih di Indonesia mencapai 44.8%, mengapa? Masih banyak lagi mengapa- mengapa lain nya. Seleseai satu pertanyaan kujawab maka jawaban tadi menjadi pertanyaan berikutnya, terus saja berulang seperti itu. Ternyata semuamua itu adalah saling terkait. Kondisi ini makin meyakinkan aku bahwa masih banyak teka-teki di dunia ini yang perlu aku pecahkan, perlu ku cari tahu jawabnya.

Pesan yang ingin kusampaikan disini: Ayo kalahkan kungkungan system tersebut, jelajahi dunia fikir kita!! Karena Kungkungan system—yang merupakan ciptaan manusia—sama sekali tidak berhak dan tidak seharusnya membatasi proses berfikir manusia. Pertanyaan-pertanyaan kecilku adalah pertanyaan yang ku yakini juga pernah melintas dalam setiap kepala orang. Karena pada dasarnya manusia selalu mencari kebenaran. Walaupun dalam hal ini, kebenaran menjadi relatif, bisa saja menurutku benar jika pendidikan harus gratis, tapi menurut orang lain tidak benar. Sampai pertanyaan pertanyaan kecil itu menggiring ke suatu pertanyaan yang sangat fundamental, maka disanalah pencarian kebenaran yang mutlak, bukan relatif bukan juga bergantung pada cara pandang orang. Yang terpenting adalah jangan pernah puas mencari tahu kebenaran, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri

No comments: