Saturday 17 November 2007

Adakah takdir itu buruk?

Di suatu siang yang mendung kelabu, dan cedeum --ceuk orang sunda mah--, seorang temanku bertanya:

“ Kenapa kemiskinan harus dihapuskan? Kalau semua orang kaya, ntar sapa yang bikin rumah, bersihin sampah, bantuin angkat barang-barang berat, dll? Kenapa korupsi harus diberantas? Klo ga ada dimana kerjaan polisi,hakim, pengacara? Kenapa kebodohan mesti diberangus?Klo semua orang pinter, buat apa ada guru, sekolah? Siapa yang ngerjain tugas orang-orang bodoh?...”

Bagaimana menurutmu? Apakah pertanyaan diatas tadi pertanyaan bodoh? Pertanyaan cerdas? Pertanyaan biasa-biasa saja? Atau ragu-ragu.. Heheh..
Yang pasti pertanyaan tadi bukan pertanyaan bodoh, karna pertanyaan bodoh hanya pertanyaan yang tidak ditanyakan…Tul ga?

Lantas aku hanya menjawab dengan singkat:” ga masuk akal!! Sempit…”.
Ternyata si teman tadi ga terima jawabanku. “Kenapa sempit? Situ yang sempit, wa coba liat permasalahan dari sisi positif dan negatifnya”, begitu tukasnya.
Lalu kembali kujawab dengan singkat: “ Klo mau kya gitu mah, Tuhan beri peraturan emang buat dilanggar, beres!!”.
Si teman menyahut:” :p cerdas.. Ga masuk akal tapi wa sempet nemuin kek gitu di dunia nyata.. Keknya masalah terjadi bukan karna sesuatu itu positif/negatif, tapi karna standar benar/salah yang menentukan itu masalah/ga…”

Sial ternyata si teman tadi cuma menguji. Baiklah sampai disini perdebatan selesai, tapi tidak dengan pertanyaan. Mana pertanyaan nya? Nanti setelah kubeberkan pandanganku soal pertanyaan dari dialog di atas.

Kembali pada hakikat penciptaan. Menurutku segala sesuatu yag diciptakan pasti punya aturan, dosenku yang menciptakan incinerator PPS Sabuga tak lupa menciptakan SOP pemakaian nya, steve jobs dan steve wozniak mendirikan Apple dan menciptakan PC pertama di dunia yang sudah mengguakan GUI (Graphical user Interface) juga disertai dengan aturan penggunaannya, ibu kost ku juga menyertai aturan pada rumah kost-kostan yang diciptakannya, tujuannya jelas agar system ciptaannya berjalan dengan baik. Lalu bagaimana dengan bumi dan seluruh jagat raya yang diciptakan oleh Sang Pencipta? Apakah juga punya aturan?

Jika memang sang pencipta bumi dan jagat raya memberikan aturan, maka jelas, aturan itu tak lain adalah untuk menjaga keberlangsungan system di bumi ini. Keberlangsungan yang seperti apa? Kalau dosenku tadi menciptakan aturan pada incineratornya agar incinerator tidak rusak, maka begitu juga dengan pencipta bumi ini. Sang pencipta menciptakan aturan agar tidak terjadi kerusakan di bumi, baik itu kerusakan lingkungan ataupun kerusakan social masyarakat, maka keberlangsungan yang dimaksud adalah keberlangsungan yang baik untuk semua komponen di bumi ini, seimbang antara alam dan manusia.

Dan ketika aturan itu tidak dijalankan, maka akan timbul kerusakan. Kerusakan seperti apa? Beberapa kerusakan itu adalah seperti yang dipertanyaan si teman tadi, soal kemiskinan, korupsi, kebodohan, kriminalitas, pornografi, pembajakan hak cipta, dll. Hal sebaliknya terjadi jika aturan itu dijalankan, tidak ada kemiskinan, tidak ada kebodohan, tidak ada kriminalitas, dan tidak ada kerusakan-kerusakan lainnya. Karena aturan diciptakan tentu bukan untuk dilanggar. Namun yang saat ini nyata terjadi adalah kerusakan-kerusakan itu.

Jika merunut tulisan diatas maka logis jika dikatakan kerusakan yang nyata terjadi saat ini adalah akibat tidak di berlakukannya aturan itu. Tapi bagaimana dengan pernyataan yang santer terdengar di telinga kita: “ yah.. itu sih emang takdirnya dia hidup miskin/jadi koruptor/atau meninggal dipukuli massa lantaran nyuri ayam?”

Bagaimana inih? Bagaimana kaitannya dengan takdir? Pada kondisi yang seperti apa kemiskinan atau kebodohan atau kerusakan lainnya disebut takdir? Bukan dampak dari aturan yang tidak diberlakukan. Mungkin pertanyaan yang lebih tepatnya: apa bedanya kerusakan akibat aturan yang tidak dijalankan dengan kerusakan karena memang takdir? Adakah Tuhan mentakdirkan hambanya menjadi seorang yang bodoh, atau apakah koruptor di dunia ini memang ditakdirkan terlahir sebagai koruptor? Apakah kriminalis yang berkeliaran di bumi ini juga terlahir dengan takdirnya sebagai seorang kriminalis? Atau mungkin kerusakan sistemik adalah imbas dari tidak dijalankannya aturan sedangkan kerusakan individu adalah karena takdir? Adakah takdir itu buruk?
Ada yang mau memberi komentar? Jawaban? Atau malah nambahin pertanyaan? Monggo…

7 comments:

jerukmedan.com said...

wew...
cadas man.. pembahasannya tentang takdir.

Tapi hati-hati.. pertanyaan kecil bisa menimbulkan penyimpangan besar.. Apalagi kalo pertanyaan besar yang gak bisa dijawab sendiri dan mendapat jawaban dari orang yang salah.. Hmm..

Yah..intinya hati-hati nil..

^_^

Radix J Hidayat said...

hmm...(komentar pertama ni :D)

belum tentu apa yang kamu suka itu baik, dan apa yang ga kamu suka itu ga baik (lupa surat mana ayat berapa...)

yg gw yakini, segala sesuatu pasti disertai dengan alasannya... jadi... berpikirlah posiif!!!

Anonymous said...

numpang ya..

klo menurut saya, ada beberapa hal yang seharusnya kita lebih hati-hati dalam memikirkannya. salah satunya takdir ini.

sebenarnya seberapa besar pengaruh diri kita dalam menentukan jalan dan pilihan hidup kita sendiri? apakah semuanya hanya ditentukan oleh takdir? apakah kejahatan/kebaikan manusia adalah takdir?

saya akui pemahaman agama saya kurang baik. tapi ketika memaknai bahwa Allah maha mengetahui, saya menjadi bertanya-tanya: apakah Allah telah mengetahui bahkan menentukan bahwa takdir/jalan seorang hamba adalah untuk melanggar perintah-Nya? ataukah berada di jalan-Nya? (Allah memiliki kemampuan untuk itu bukan? atau Allah membatasi kemampuan-Nya itu?)

-saya tidak mampu berpikir lebih jauh lagi-

apakah kita masih memiliki pilihan-pilihan dalam hidup ini? ataukah pilihan itu sebenarnya adalah takdir?: "bahwa kita telah digariskan untuk memilih pilihan tertentu". :) kita merasa memilih, tapi sebenarnya kita tidak memiliki daya apapun untuk itu. pilihan kita telah ditentukan?

anyway, sepertinya saya adalah "orang yg salah" seperti yg dimaksud oleh mas aji diatas. jadi memang benar, berhati-hati dalam bertanya itu penting sekali. pertanyaan bodoh memang adalah pertanyaan yang tidak pernah diajukan, tapi dalam beberapa hal, ada kalanya ketidaktahuan adalah sesuatu yang lebih baik.

selama ini, sambil menunggu jawabannya (saya juga masih belum tahu), saya selalu berpikir bahwa Allah maha bijaksana. jadi saya tidak pernah khawatir berlebihan terhadap hal-hal yang membingungkan seperti ini. Allah pasti punya jawabannya. dan jawaban itu pastilah yang terbaik buat kita.

salam :)

Anonymous said...

wow... pantesan tadi matanya kelilipan.. rupanya ada yg sebut-sebut nama saya.. Hehehe...


Nggak kok, penjelasan mas anonymous cukup bijaksana. Jadi mgkn gak termasuk orang yg salah.. He...


Btw, kayak yg pernah saya denger dulu, bahkan malaikat pun bertanya pertanyaan "wah" kepada Allah, dahulu kala..: "Mengapa diri-Mu ciptakan manusia ke muka bumi ini, padahal mereka penuh hawa nafsu yg jauh lebih tidak setia kepada diri-Mu dibandingkan aku??"

Allah hanya menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak Kamu ketahui.."

^_^



nb: mas anonymous..kenalan donk. Susah banget namanya saya eja,hhehehe... Panggilannya siapa ya?? ano? atau nony?? atau mous?? mous aja ya?? ok deh mas moes.. salam kenal.. ^_^

Anonymous said...

hmmm... rame ginih cul..!!
takdir.. TAK perlu DIpikiR2...
hihi...klo wa tarik ke rileks, pasti rame ni thread..
bentar lagih lah, tulisan wa kelar..
rada males nulis sekarang mah.

@anonymous: kapan mo bikin server baru? yang lama dah dibanned eung.. jadi ga bisa nglewatin om cumi.. halah... [junk level = 89 %]
Untuk mengetahui sesuatu itu ada di area ketidaktahuan, bukannya itu juga mesti cari tw juga kan? jadi area ketidaktahuan itu bukannya terdapat dalam proses pencari tw an pula?

klo smua orang mngklaim sesuatu yang diluar pikiran dia itu ada dalam area ketidaktahuan, bisa gawat dong. jangan2 orang ga mau blajar karna nganggap itu dah masuk area ketidaktahuan... jadi?

argh!! sebenernya wa sih ga mo komen2 di situs si phatcul inih..
tapi yasud.. abang caboot dulu, dah lapppeuuurrrr...

[nguing2...bingung awak...]

nila said...

hahaha rame juga yah....
@radix:
yayaya gw setuju ga semua yang pikir itu baik untuk kita, bicara masalah ini bicara masalah standar benar dan buruk, dengan catatan standar universal.

@ aji:
ga salah kok dapet jawaban dari orang yang salah, yang salah tuh menganggap yang benar jadi salah dan sebaliknya. Thanks bgt ji..

@anonymous:
terimakasih banyak, komennya banyak mencerahkan,,

@ saha cing!
Ga usah sok misterius pake nama palsu loh... hahahaha..
komen lu menarik..gw tetep tunggu tulisann lo, thanks

Intinya memang ada hal-hal diluar jangkauan pikiran manusia, dan nampaknya mesti bikin tulisan adakah takdir itu buruk part 2...

Anonymous said...

Kalo pendapat gw sih sedenerhana aja, tugas manusia cuma melakukan yang terbaik, ora et labora (berusaha sambil berdoa). Gak perlu mikirin baik buruknya takdir.

Kalo udah mikirin masalah takdir, itu udah masuk hak prerogratif Alloh.

Yang perlu diinget, "sepahit" apapun takdir yang terjadi, kita inget janji Alloh di surat 94 ayat
5 & 6:
"Karena sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, sungguh setelah kesulitan ada kemudahan."

btw, kalo pengen tau lebih jauh tentang takdir menurut Ahlussunnah wal Jamaah, bisa diliat di sini